Jurnal Penelitian
MADRASAH
SATU ATAP
MADRASAH SATU ATAP :
SEBUAH ALTERNATIF ?
Oleh
Nurhattati Fuad
Abstrak
Sebuah
keniscayaan, setiap warga Indonesia untuk mengenyam dan memperoleh layanan
pendidikan. Berpijak dari hal tersebut, berbagai program pemerataan dan
peningkatan aksesibilitas pendidikan bagi semua warga Indonesia dilakukan
pemerintah. Program tersebut, di samping bertujuan untuk mewujudkan demokrasi
pendidikan, keadilan sosial, dan perwujudan nilai-nilai dasar kemanusiaan,
juga di masa depan bangsa Indonesia akan mampu “survived” di
tengah dinamika kehidupan yang kian kompetitif dan mengglobal. Terkait dengan
aksesibilitas pendidikan warga pada jenjang pendidikan SD/MI, hingga tahun
2003, tercatat dari 29.142.093 terdapat 542.258 siswa yang tidak dapat
melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan lebih tinggi (SMP/MTS). Hal
tersebut, salah satunya disebabkan faktor geografis--jarak antara sekolah
dengan tempat tinggal jauh. Realitas kependidikan seperti ini, maka sejak
tahun 2004, di daerah yang memiliki kondisi tertentu, didirikan sekolah
satu atap, yang selanjutnya diikuti dengan pendirian madrasah satu atap sejak
tahun 2006. Madrasah Satu Atap (MSA) pada dasarnya merupakan sistem
penyelenggaraan sekolah dikelola secara terpadu baik secara fisik maupun
pengelolaannya. Dengan demikian, MSA Pendidikan Dasar (yang terbangun dari
sistem penyelenggaraan MI dan MTS), diantaranya bercirikan adanya keterpaduan
dalam pengelolaaan dan berbagai sistem penyelenggaraannya. Antara lain, MSA
memiliki keterpaduan dalam: (1) pengembangan visi dan misi pendidikan dasar
di lingkungannya, (2) penyusunan program kerja tahunan sekolah, (3)
pengelolaan kurikulun terpadu, (3) pengelolaan penerimaan siswa baru di
lingkungannya, (4) pengatasan angka putus sekolah, angka mengulang, dan angka
transisi, (5) pengatasan/pemenuhan kebutuhan tenaga kependidikan, (6)
pengatasan/penyediaan kebutuhan sarana pembelajaran, (7) pengatasan
keterbatasan keuangan, (8) mengupayaan partisipasi orang tua dan masyarakat,
serta (9) pengembangan upaya peningkatan kualitas pendidikan dasar.
Pendirian
atau pengembangan MSA antara lain dilatar-belakangi oleh sejumlah faktor
ekonomis, geografis, kultural dan manajerial. Secara geografis, MSA
dikembangkan di daerah terpencil, terisolir, dan siswa terpencar. Dimana
jarak sekolah dan siswa tak terjangkau. Secara ekonomis, MSA didirikan di
daerah miskin dan terpencil. Secara manajerial, pendirian MSA dilakukan dalam
upaya efisiensi penyelenggaraan sekolah. Dalam konteks ini, MSA dikembangkan
pada MI yang menghasilkan lulusan sedikit dan tidak mampu menjangkau
SMP atau MTS terdekatnya, namun memiliki motivasi tinggi untuk melanjutkan ke
jenjang pendidikan lebih tinggi. Oleh karena itu, pengembangan Model MSA
dapat dilakukan secara variatif sesuai dengan kebutuhan komunitas
penggunanya, antara lain: (1) mengembangkan model MI-MTS Satu Atap, dengan
basis MI asal, yang dilakukan dengan cara menambah sumber daya pendidikan,
(2) menggabungkan sejumlah MI berdekatan dalam satu daerah, dengan basis salah
satu MI yang dianggap lebih memiliki sumberdaya, menjadi MI-MTS Satu Atap,
dan (3) mengembangkan sejumlah MI dan sebuah MTS (yang sudah ada dan berada
pada wilayah terjangkau), dengan basis adalah MTS, menjadi MI-MTS Satu Atap.
|
|
|
STRATEGI
MEMPEROLEH SUMBERDAYA MANUSIA PENDIDIKAN YANG BERMUTU (Studi Pemetaan
Kompetensi Kepala Sekolah Bagi Calon Kepala Sekolah Dasar Di Kabupaten Bekasi)
Oleh :
RUGAIYAH
Abstract
Improving
the quality of education management begins with the improvement of human
resources schools, principals as school managers need to have a high
competence. To assume the principal!s office is necessary to prepare the
candidates who meet the qualifications and competence Goals of this study to
obtain strategy to get quality education through ; first competency mapping
pricipal candidate, second; competency mapping for the principal candidates in
terms of the total competence of the principal, third competency mapping
principal candidate from each principal aspects of competence.
Survey
approach use for this study data analysis with kuantitatif descriptive.
Collecting data principal of competency with instrument by paper and pencil.
Result of this study to Mapping of Competence Principal Candidate, first
Mapping competencies for prospective principals principals only 3% of the
candidates included in the category of high competence, and 46% of the
principal candidates have been category, 51% belong to low or very low. Second
mapping competencies of principal are acquired 63% of the principal candidates
have mastered the managerial competence and social competence, for competence
and personal entrepreneurship 43% of the principal candidates master the
competence, the competence for supervision while the only 26% controlled by the
principal candidate. Third Mapping competencies for managerial competence,
entrepreneurship, personal, supervision and social; there are some competencies
have mastery and any competece have not master.
Based
on mapping results, the implication of this study are : for the competence of
managerial skills development priorities through education and training or
workshop activities. For entrepreneurial competencies need to be trained to
think of creative and innovative capabilities through case studies. For the
supervision competencies need to be trained through simulation. For social
competence and personality is only required to guide them through regular
meetings.
Kata
kunci: Strategi, SDM bermutu, kompetensi kepala sekolah
-manajerial-kepribadian- supervisi-kewirausahaan-sosial.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar